ANGLING DARMO DAN SEJARAH BOJONEGORO: ADA ATAU TIADA !

        Inilah yang  dapat penulis sumbangkan untuk masyarakat Bojonegoro. Penulis yang dibesarkan dan dari keturunan warga Kecamatan Kalitidu, sudah cukup mengenal  tentang Angling  Darmo. Berbekal pengetahuan  keilmuan semasa masih kuliah di IKIP Surabaya ( UNESA= sekarang), penulis  berusaha untuk menjelaskan tentang ada atau tidak ada  Angling Darmo dalam sejarah Bojonegoro.
        Pada masa kecil penulis, cerita  Angling Darmo cukup dapat memberikan kebanggaan bagi penulis. Apalagi ketika penulis diajak ayah ziarah makam di Nglawatan. keberadaan pondasi bangunan di sekitarnya menjadikan penulis yakin bahwa itu adalah  bekas(petilasan) Kerajaan Malowopati. Akan tetapi ketika penulis menemukan  pola nalar keilmuan di  FKSS IKIP Surabaya, keyakinan itu sirna, dan muncul kekaguman terhadap nenek moyang dalam menerapkan metodologi pembelajaran yang cukup arif.
        Berbekal ketekunan mempelajari kesusastraan, terutama sastra lama, dan antropologi,  penulis menyusun artikel tentang Angling Darmo dan dimuat di Harian Jawa Pos  tahun 1978 atau 1979 (maaf, tahunnya lupa, dan penulis tidak mengkliping  artikel itu)  Waktu itu Jawa Pos  masih berada di  Kembang Jepun.
        Inti artikel itu adalah sebagai berikut;
1.     Cerita Angling Darmo, sesungguhnya bukan cerita asli Indonesia. Cerita ini  berasal dari India,  merupakan cerita berbingkai, sama  halnya dengan Ramayana  dan Mahabharata. Cerita Angling Darma adalah satu bagian dari beberapa bagian cerita dalam kitab "Tantri Kamandaka"   Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan tokoh dalam kedua cerita itu ( Angling Darmo lokal dan Tantri Kamandaka). Dalam Tantri Kamandaka, nama Angling darmo disebutkan dengan Aria Darma. Permaisurinya bernama Mayawati, bukan Setyowati ( versi lokal).
2.     Cerita Angling Darmo adalah buku pelajaran bagi calon  pemimpin (raja). Intinya, seorang pemimpin harus dapat merahasiakan  kepentingan negara, termasuk kepada permaisurinya. Karena itu, Angling Darmo tidak mengajarkan ilmu mengetahui percakapan binatang sampai sang istri "pati obong" ( membakar diri).
3.     Untuk membentuk kesetiaan dan rasa hormat rakyat Bojonegoro (pada masa lalu), dibuatlah monumen-monumen alam, baik yang dibuat tangan manusia atau yang sudah ada di wilayah itu yang  dikaitkan dengan seolah-olah kebenaran  tentang keberadaan dan kesaktian Angling Darmo.    Perbuatan serupa juga dilakukan oleh masyarakat di daerah lain, terutama di Jawa.  Beberapa contoh diantaranya  Prabu Puntodewo (Pandawa= Mahabharata) dibuatkan makam di sebuah tempat di Jawa Tengah. Contoh lain adalah  perjalanan ke surga para pandawa, yang pada lereng gunung  dibuatkan patung  pada tingkatan kemampuan menuju surga.
         Tentang Angling Darmo, monumen alam yang dikaitkan dengan keberadaan  Kerajaan Malowopati adalah Desa/Dukuh Nglawatan (masih diwilayah Kecamatan Kalitidu?). Sedangkan  Sumber Api Alam (Kahyangan Api)  diidentikkan  dengan tempat permaisuri membakar diri.

Komentar